Kamis, 16 Juli 2009

ANEMIA

Definisi anemia
Blog Advertising
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi didukung oleh pemeriksaan laboratorium.

Manifestasi klinik
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
(1) kecepatan timbulnya anemia
(2) umur individu
(3) mekanisme kompensasinya
(4) tingkat aktivitasnya
(5) keadaan penyakit yang mendasari, dan
(6) parahnya anemia tersebut.

Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui:
(1) peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2
ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah
(2) meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
(3) mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan
(4) redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ).

Etiologi
Karena cacat sel darah merah (SDM)
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.

Karena kekurangan zat gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh faktor
luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.
Karena perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.
4.Karena otoimun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun.

Diagnosis (gejala atau tanda-tanda)
 Blog Advertising
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:
kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah
sakit kepala, dan mudah marah
tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi
pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dafkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php?attId=1039pat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).

Klasifikasi anemia
Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar.

1. Yang pertama adalah anemia normositik normokrom. Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.

2. Kategori besar yang kedua adalah anemia makrositik normokrom. Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.

3. Kategori anemia ke tiga adalah anemia mikrositik hipokrom. Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan
darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).

Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab utama yang dipikirkan adalah
  • meningkatnya kehilangan sel darah merah dan
  • penurunan atau gangguan pembentukan sel.
Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena polip pada kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek
hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiri terganggu adalah:
  1. hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misal nya anemia sel sabit
  2. gangguan sintetis globin misalnya talasemia
  3. gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis herediter
  4. defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase).
Yang disebut diatas adalah gangguan herediter. Namun, hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah yang seringkali memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai individu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh tranfusi darah yang tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu sendiri. Keadaan yang di namakan anemia hemolitik otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu seperti alfa-metildopa, kinin, sulfonamida, L-dopa atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus eritematosus, artritis reumatorid dan infeksi virus. Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasifikasikan menurut suhu dimana antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah –antibodi tipe panas atau antibodi tipe dingin.
Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini akan menimbulkan anemia hemolitik berat ketika sel darah merah diinfestasi oleh parasit plasmodium, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sel darah merah, dimana permukaan sel darah merah tidak teratur. Sel darah merah yang terkena akan segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa(Beutler, 1983)
Hipersplenisme (pembesaran limpa, pansitopenia, dan sumsum tulang hiperselular atau normal) dapat juga menyebabkan hemolisis akibat penjeratan dan penghancuran sel darah merah. Luka bakar yang berat khususnya jika kapiler pecah dapat juga mengakibatkan hemolisis.
Klasifikasi etiologi utama yang kedua adalah pembentukan sel darah merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoiesis). Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
(1) keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel mieloma; obat dan zat kimia toksik; dan penyinaran dengan radiasi dan
(2) penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit-penyakit infeksi dan defiensi endokrin.
Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi.

Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk disumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.

Gejala-gejala anemia aplastik
Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. Gejala-gejala lain yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih.
Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan:
(1) ekimosis dan ptekie (perdarahan dalam kulit)
(2) epistaksis (perdarahan hidung)
(3) perdarahan saluran cerna
(4) perdarahan saluran kemih
(5) perdarahan susunan saraf pusat.

Defisiensi sel darah putih mengakibatkan lebih mudahnya terkena infeksi
Aplasia berat disertai pengurangan atau tidak adanya retikulosit jumlah granulosit yang kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit yang kurang dari 20.000 dapat
mengakibatkan kematian dan infeksi dan/atau perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun penderita yang lebih ringan dapat hidup bertahun- tahun. Pengobatan terutama dipusatkan pada perawatan suportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi sel lain merupakan penyebab utama kematian maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi.

Pencegahan anemia aplastik dan terapi yang di lakukan
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi (ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene yang baik. Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu. Penderita anemia aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8 dan 9 g dengan tranfusi darah yang periodik.
Penderita anemia aplastik berusia muda yang terjadi secara sekunder akibat kerusakan sel induk memberi respon yang baik terhadap tranplantasi sumsum tulang dari donor yang cocok (saudara kandung dengan antigen leukosit manusia [HLA] yang cocok). Pada kasus-kasus yang dianggap terjadi reaksi imunologis maka digunakan globulin antitimosit (ATG) yang mengandung antibodi untuk melawan sel T manusia untuk mendapatkan remisi sebagian. Terapi semacam ini dianjurkan untuk penderita yang agak tua atau untuk penderita yang tidak mempunyai saudara kandung yang cocok.

Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

Penyebab lain defisiensi besi adalah:
  1. asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka sampai usia
  2. antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja;
  3. gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi dan
  4. kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 sampai 5 g besi,
bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, sepertiga
sisanya disimpan dalam hati, limpa dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan sebagai hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.

Patofisiologi anemia defisiensi besi
Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai 5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum; penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.

Tanda dan gejala anemia pada penderita defisiensi besi
Setiap milliliter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun wanita yang mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun kehilangan darah karena menstruasi berhenti selama hamil, kebutuhan besi harian tetap meningkat, hal ini terjadi oleh karena volume darah ibu selama hamil meningkat, pembentukan plasenta, tali pusat dan fetus, serta mengimbangi darah yang hilang pada waktu melahirkan.
Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi besi yang berat (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/ 100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100 ml)mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut.
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom disertain poikilositosis dan aniositosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas meningkat besi serum meningkat. 4.

Pengobatan anemia pada penderita defisiensi besi
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif
yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia (misalnya hati, masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebab harganya mahal dan mempunyai insidens besar terjadi reaksi yang merugikan. 2.

Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia makrositik normokrom. 4.

Sebab-sebab atau gejala anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu. Defisiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan postgastrekomi) infestasi parasit, penyakit usus dan keganasan, serta agen kemoterapeutik. Individu dengan infeksi cacing pita (dengan Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompetisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12 dari makanan, yang mengakibatkan anemia megaloblastik (Beck, 1983).
Walaupun anemia pernisiosa merupakan prototip dari anemia megaloblastik defisiensi folat lebih sering ditemukan dalam praktek klinik. Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua dengan malnutrisi, pecandu alkoholatau pada remaja dan pada kehamilan dimana terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan hipertiroidisme. Penyakit celiac dan sariawan tropik juga menyebabkan malabsorpsi dan penggunaan obat-obat yang bekerja sebagai antagonis asam folat juga mempengaruhi. 4.

Pencegahan anemia pada penderita anemia megaloblastik
Kebutuhan minimal folat setiap hari kira-kira 50 mg mudah diperoleh dari diet rata-rata. Sumber yang paling melimpah adalah daging merah (misalnya hati dan ginjal) dan sayuran berdaun hijau yang segar. Tetapi cara menyiapkan makanan yang benar
juga diperlukan untuk menjamin jumlah gizi yang adekuat. Misalnya 50% sampai 90% folat dapat hilang pada cara memasak yang memakai banyak air. Folat diabsorpsi
dari duodenum dan jejunum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan dalam hati. Tanpa adanya asupan folat persediaan folat biasanya akan habis
kira-kira dalam waktu 4 bulan. Selain gejala-gejala anemia yang sudah dijelaskan penderita anemia megaloblastik sekunder karena defisiensi folat dapat tampak seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit), diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (<4 mg/ml). Pengobatan anemia pada penderita anemia megaloblastik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pengobatan bergantung pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalah memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau dengan vitamin B12. penderita kecanduan alkohol yang dirawat di rumah sakit sering memberi respon “spontan” bila di berikan diet seimbang. 2. Daftar Pustaka
  1. Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta
  2. http://www.pediatrik.com
  3. Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta

Cread Editing By ;

P.S.S.Deputurio, A.M.Kep

OBAT SARAF DAN OBAT OTOT

Blog Advertising
Obat saraf dan otot dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Obat saraf dan otot golongan analgesik dan antipiretik (obat nyeri)
Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/ obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh.
2. Obat otot golongan antirematik/obat rematik
3. Obat saraf dan otot untuk gout /obat gout
Ada 2 kelompok obat gout yaitu obat yang menghentikan proses inflamasi akut dan yang mempengaruhi kadar asam urat.
4. Obat saraf untuk transkuiliser minor / obat cemas
Obat saraf untuk transkuiliser minor biasanya merupakan turunan dari obat golongan antihistamin, azaspirodekanedion, benzodiazepin dan difenilbutilpiperidin.
5. Obat saraf untuk transkuiliser mayor / obat skizoprenia
Sedangkan obat saraf untuk transkuiliser mayor biasanya merupakan turunan dari obat golongan butirofenon, derivat indol, fenotiazin, substitut benzamid, tioxanten.
6. Obat saraf golongan hipnotika dan sedativa (obat bius) lain
Obat saraf golongan hipnotika dan sedativa merupakan derivat dari obat golongan asetaldehid, antihistamin, barbiturat, benzodiazepin, karbamat, derivat koral, siklopirolon, imidazopiridin, pirazolopirimidin.
7. Obat saraf golongan antikonvulsan / obat epilepsi
Antikonvulsan digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi; sebab obat ini jarang digunkan untuk gejala konvulsi penyakit lain.
8. Obat saraf golongan antidepresan / obat depresi
9. Obat saraf golongan stimulan SSP dan obat ADHD
10. Obat saraf golongan nootropik dan neurotonik
Golongan obat notropik dan neurotonik digunakan untuk masalah kemunduran daya pikir pada proses penuaan atau digunakan pada anakyang mempunyai masalah keterlambatan mental.
11. Obat mual dan obat vertigo
12. Obat penyakit neurodegeneratif / obat pikun
13. Obat saraf golongan anti parkinson
Obat anti parkinson digunakan untuk penyakit parkinson. Penyakit parkinson merupakan suatu sindrom dengan gejala utama berupa trias gangguan neuromuskular; tremor, rigiditas, akinesia (hipokinesia) disertai kelainan postur tubuh dan gaya berjalan.
14. Obat penyakit neuromuskular
15. Obat otot golongan relaksan otot
Kelompok obat pelemas otot atau relaksan otot efektif untuk menimbulkan relaksasi otot pada reumatoid, spondilitis, bursitis dan artritis lainnya.
Untuk pemilihan obat saraf dan obat otot yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat saraf dan obat otot secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat saraf dan obat otot sesuai dengan kebutuhan anda.
Jangan Sepelekan Rematik

- Jawaban - Masyarakat umumnya menganggap rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, jika tidak segera ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal. Mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup.
Rematik atau biasa disebut arthritis adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Menurut dr.Riardi Pramudiyo, SpPD-KR dari RS.Hasan Sadikin, Bandung, rematik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki, sayangnya sampai kini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Terdapat ratusan jenis penyakit rematik, namun secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti nyeri di lutut, siku, pergelangan, maupun di bagian sendi-sendi lain. Gangguan ini dapat menyerang semua umur, pria-wanita, kaya atau miskin.

Menurut Riadi, jenis rematik yang paling banyak diderita penduduk dunia adalah arthritis reumatoid (AR) yaitu rematik radang sendi, gout (asam urat) yang disebabkan oleh kadar asam urat yang berlebihan dalam darah, dan osteoarthritis (OR), yaitu pengapuran sendi. OR adalah penyakit sendi yang paling banyak dijumpai. Penyakit ini bersifat degenaratif, yang angka kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Gejala yang menyertainya antara lain, nyeri pada persendian setelah penderita melakukan aktivitas, atau saat perubahan cuaca dari panas ke dingin. Seperti diungkapkan Riadi, faktor pencetus OR biasanya karena ada penyakit lain atau keadaan tertentu. "Belum diketahui apa penyebab primer, namun penyebab sekundernya bisa karena orang kegemukan, sehingga beban yang harus disangga oleh lutut terlalu besar, atau karena berlebihan memakai lutut, misalnya pemain bola profesional," katanya.

Jenis penyakit rematik lain yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah arthritis reumatoid (AR). Penyakit ini paling sering menyerang kelompok usia 20-50 tahun. Gejala yang umum ditemukan adalah sendi kaku saat bangun tidur dan penderita sulit bergerak. Seperti yang dialami oleh pasien Riadi, Sari (27). "Awalnya sakit di persedian pergelangan tangan, lalu menyerang kaki dan lutut. Ketika bangun tidur tiba-tiba saja badan saya kaku," kata perempuan yang pertama kali diserang AR saat berusia 17 tahun. Rematik akibat peradangan yang melibatkan lebih dari satu sendi ini, sampai kini penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Menurut Riadi, kemungkinan besar karena faktor genetis, namun tidak selalu muncul kecuali ada pencetusnya, yaitu virus.

Pengobatan
Menurut Riadi, obat-obatan yang sekarang ada di pasaran belum ada yang bisa menyembuhkan penyakit rematik. Obat-obat itu hanya untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut. "Pengobatan rematik biasanya jangka panjang," ujarnya. Jika rematik yang menyerang pasien sudah sampai tahap deformitas sendi (perubahan bentuk sendi) maka biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan termasuk mahal, bahkan ada obat yang harganya mencapai puluhan juta rupiah sekali suntik.

Obat yang biasa diberikan dokter pada pasien penyakit rematik antara lain golongan analgesik (penghilang rasa nyeri), yang bisa menekan prostaglandin, penyebab timbulnya peradangan. Obat ini memiliki efek samping gangguan lambung. Karena itu, hadirnya obat rematik yang lebih spesifik seperti celecoxib, disambut gembira karena memiliki efek samping yang kecil pada lambung dan ginjal. Golongan obat lain adalah kortikosteroid, untuk mengatasi inflamasi (peradangan) dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik berkurang. Bentuk obat ini bisa berupa krim yang dioles pada kulit atau suntikan. Sayangnya, obat ini memiliki efek samping seperti pembengkakan, nafsu makan bertambah, berat badan naik, serta emosi yang labil.

Selain dengan obat-obatan, untuk mengurangi rasa nyeri juga bisa dilakukan tanpa obat, misalnya dengan kompres es. "Kompres es bisa menurunkan ambang nyeri dan mengurangi fungsi enzim," ujar Riadi. Kemudian, banyak jenis sayuran yang bisa dikonsumsi penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis atau wortel yang bisa mengurangi gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga bisa membantu melawan nyeri rematik, misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya, rosemary, aroma terapi, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, serta menjaga agar asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan dari laut dalam. Jika Anda merasa tidak cukup mengkonsumsi ikan laut, mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung omega 3. Dalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
Jangan anggap enteng gejala-gejala rematik yang timbul. Begitu rasa nyeri mulai muncul, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendeteksi mana yang sekedar pegal linu biasa atau yang merupakan gejala rematik.




Asam Urat? Pilih Makanan Anda

- Jawaban - Asam urat sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit para raja" karena penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang enak-enak. Kini, asam urat bisaa menimpa siapa saja, terutama para penggemar makanan enak.

Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan tiba-tiba di aderah persendian. Saat bangun tidur, misalnya, ibu jari kaki dan pergelangan kaki Anda terasa terbakar, sakit dan membengkak. Bahkan selimut yang Anda gunakan terasa seperti batu yang membebani kaki Anda. Seperti itulah gejala asam urat atau arthritis gout. Gangguan asam urat disebabkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit. Selain rasa sakit di persendian, asam urat juga menyerang ibu jari kaki, dapat membentuk tofi atau endapan natrium urat dalam jaringan di bawah kulit, atau bahkan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.

Jika tidak diatasi gangguan asam urat ini sangat mengganggu aktivitas Anda. Selain denga mengonsumsi obat-obatan, pengaturan pola makanan dapat dijadikan pilihan untuk mengatasi masalah asam urat. Menu makanan diatur sedemikian rupa agar lebih banyak makanan dengan kandungan nukleotida purin yang rendah.

Diet bagi penderita asam urat
Diet bagi para penderita gangguan asam urat mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan adalah membatasu asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).

Kalori sesuai dengan kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkannn dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.

Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui uirn. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosaa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru, dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan telur.

Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.

Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi.
Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
Blog Advertising

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)


Blog Advertising
PENDAHULUAN
Blog Advertising
Tekanan darah tinggi merupakan satu diantara sekian banyak penyebab gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Satu diantara tujuh orang dewasa di Australia mengidap kelainan ini.
Tekanan darah tinggi seringkali tidak memberikan tanda-tanda peringatan kepada kita sehingga bisa menjadi pembunuh diam-diam (silent killer), kecuali jika kita secara tetap tentu melakukan pemeriksaan dan pengobatan ke dokter.
Karena itu kepada setiap orang dewasa dianjurkan untuk mengetahui tekanan darahnya sendiri, karena ini menyangkut kesehatannya sendiri.
Jika tekanan darah tidak terkontrol, maka tekanan darah tinggi dapat membebani jantung dan pembuluh darah secara berlebihan sehingga mempercepat penyumbatan pembuluh artery yang disebut artherosclerosis. Ini dapat mengarah kepada serangan jantung, stroke, kegagalan jantung (heart failure) dan kegagalan ginjal (kidney failure).
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu dari tiga faktor penyebab serangan jantung dan juga faktor utama penyebab stroke. Dua penyebab lainnya adalah kolesterol, darah tinggi, dan merokok.
Para dokter dapat menditeksi lebih awal adanya tekanan darah tinggi sehingga ini dapat mempermudah mereka untuk mengobati dan mengatasinya. Ini mungkin dapat menjadi satu alasan mengapa mereka dapat mencegah kematian pada usia muda dari serangan jantung dan stroke pada 25 tahun terakhir.
Dengan tujuan inilah buku kecil ini ditulis, semoga dapat mengurangi jumlah penderita penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.

APAKAH "TEKANAN DARAH" ITU?
Tekanan pada pembuluh darah arteri disebabkan oleh pemompaan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh oleh jantung.
Tubuh kita membutuhkan oksigen dan nutrisi. Mereka disalurkan oleh darah melalui jaringan pembuluh darah memasuki sel-sel tubuh kita.
Jantung kita tidak hanya memompa darah secara terus menerus, tetapi juga mengumpulkan kembali darah yang sudah terpakai dari seluruh bagian tubuh kemudian dipompa kembali ke seluruh tubuh kita.
Pembuluh darah yang menyalurkan darah segar ke seluruh tubuh namanya "Arteries", sedangkan yang membawa darah yang telah terpakai kembali ke jantung namanya "Veins". Seluruh sistem jantung, pembuluh darah dan darah, lebih dikenal sebagai "Sistem Sirkulasi" darah.
Arteri bersifat kuat dan elastis, sehingga dapat menahan tekanana darah yang dipompa ke dalamnya. Arteri bercabang-cabang sampai pada pembuluh yang sangat halus dan kuat dindingnya, berperan sangat penting di dalam mengatur tekanan darah kita.
Bagaimana Tekanan Darah Diukur?
Naik dan turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini dinamakan "Systole", dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut "Diastole".
Tekanan darah diukur dengan alat SPHIGMOMANOMETER yang terdiri dari kantong udara yang dililitkan sekeliling bahu atas tangan yang dihubungkan dengan bola pemompa udara dan alat ukur mercury (air raksa) oleh pipa-pipa karet.
Jika bola pemompa dipakai memompa udara memasuki kantong udara, maka kantong udara akan menekan pembuluh darah arteri sehingga menghentikan aliran darah pada arteri. Pada saat udara pada kantong udara dilepas, mercury (air raksa) pada alat pengukur akan turun, dengan menggunakan stetoscope yang diletakkan pada nadi arteri kita dapat memantau adanya suara "Duk" pada saat turunnya tekanan kantong udara menyamai tekanan pada pembuluh darah arteri, berarti mengalirnya kembali darah pada arteri, tekanan darah terbaca pada alat ukur mercury bersamaan dengan suara "Duk" menunjukkan tekanan darah Systolic.
Suara "Duk" pada stetoscope akan terdengar terus sampai pada saat tekanan kantong udara sama dengan tekanan terendah dari arteri (pada saat jantung tidak memompa - relaxes) maka suara "Duk" akan hilang. Pada saat itu tekanan pada alat ukur mercury disebut tekanan darah Diastolic.
Jika tekanan darah Systolic Anda 120 dan tekanan darah Diastolic anda 70 maka dicatatan anda tertulis 120/70.
Sekarang banyak terdapat alat pengukur tekanan darah elektronik yang lebih mudah penggunaannya, tetapi sebaiknya diperiksa ulang mengenai ketepatan pengukurannya dengan Sphygmomanometer Mercury yang sudah diketahui ketepatannya.
Bagaimana Tekanana Darah Bervariasi
Tekanan darah bervariasi dari waktu ke waktu, yang dipengaruhi oleh bermacam-macam penyebab - posisi tubuh, kondisi pernafasan atau emosi, olahraga dan tidur. Biasanya tekanan darah terendah terjadi saat tidur dan tertinggi jika terangsang (exited), stress atau olahraga. Wajar bila suatu ketika tekanan darah menjadi tinggi dan akan kembali normal setelah beristirahat.
Tekanan darah yang selalu berubah dapat menyulitkan pengukuran yang tepat, sehingga perlu diadakan pengukuran berkali-kali. Berusahalah untuk tenang pada saat tekanan darah sedang diukur. Rasa kuatir dan tidak tenang dapat meningkatkan tekanan darah sesaat, maka pengukuran pada saat ini tidak dapat dijadikan pegangan.

Apakah "Tekanan Darah Tinggi" Itu?
Tidak ada catatan mengenai tekanan darah yang ideal. Tetapi angka-angka di bawah ini dapat dijadikan acuan.
Istilah medis untuk tekanan darah tinggi adalah "HYPERTENSI", jangan dibingungkan dengan "NERVOUS TENSION" yang sama sekali lain artinya.
Resiko tertinggi terkena tekanan darah tinggi ada pada mereka yang lanjut usia. Kita tidak dapat menghindari untuk menjadi tua, karena itu tekanan darah tinggi pada usia lanjut perlu mendapat perhatian dan ditangani dengan cara yang tepat.
Bagaimana Tekanan Darah Tinggi Berkembang?

Tekanan darah tergantung pada 2 hal:
1. Volume darah yang harus dipompa oleh jantung
2. Kelancaran aliran darah melalui ribuan cabang-cabang pembuluh darah arteri.
Otot-otot di dinding pembuluh arteri berperan penting di dalam pengaturan tekanan darah. Pada saat arteri tegang, saluran didalamnya menyempit. Sebaliknya pada saat relax maka salurannya membesar. Semakin sempit salurannya, semakin susah darah melaluinya, sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Ini seperti tekanan yang timbul bila kita menekan selang air di kebun.
Syaraf, kimia tertentu di dalam tubuh atau hormon di dalam darah, juga mempengaruhi kekuatan dan kecepatan denyut jantung.
Mengapa Tekanan Darah Menjadi Terlalu Tinggi?
Kita belum mengetahui dengan pasti. Dalam keadaan normal, jika ada perubahan pada tekanan darah, syaraf kita mengirim pesan ke otak yang segera mengintruksikan bagian tubuh kita yang berhubungan untuk mengatur tekanan pada tahap aman. Jika tekanan darah berada pada tahap tinggi untuk waktu lama sistem pengaturan juga berada pada tahap tinggi.
Apakah Penyebab Tekanan Darah Tinggi?
Kembali kita belum mengetahui dengan pasti. Mungkin karena volume darah yang dipompa jantung meningkat, yang mengakibatkan bertambahnya volume darah di pembuluh arteri.
Satu dari 20 kasus yang terjadi di rumah sakit, penyebab meningkatnya tekanan darah adalah penyakit ginjal. Obat pencegah kehamilan, steroid, dan obat anti infeksi dapat meningkatkan tekanan darah.
Faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Jika salah satu atau kedua orangtua anda mengidap tekanan darah tinggi, maka anda kemungkinan juga terkena tekanan darah tinggi.
Diet, alkohol, menjaga berat badan dan olahraga ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar.
Apakah Bahayanya Terkena Tekanan Darah Tinggi?
Jantung, otak dan ginjal sanggup menahan tekanan darah tinggi untuk waktu yang cukup lama. Itulah sebabnya mengapa pengidap tekanan darah tinggi umumnya merasa sehat. Tetapi ini tidak berarti tidak membahayakan mereka. Tekanan darah semakin tinggi, semakin berat pula kerja jantung.
Jika tekanan darah tinggi tidak segera diobati, jantung akan menjadi lemah untuk melaksanakan beban tambahan ini yang memungkinkan penyempitan pembuluh darah dan kegagalan jantung dengan gejala-gejala: keletihan, nafas pendek (terengah-engah) dan mungkin juga pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki.
Tekanan darah tinggi juga mempercepat penyumbatan pada arteri yang mengarah pada serangan jantung atau stroke, jika arteri yang mengalirkan darah ke jantung atau ke otak tersumbat. Stroke juga dapat terjadi karena melemahnya dinding pembuluh darah di otak karena tekanan darah tinggi.
Di samping merupakan faktor utama penyakit jantung dan pembuluh darah, tekanan darah tinggi juga menimbulkan kelemahan pada arteri bagian lain tubuh seperti pada mata, ginjal dan kaki, jika dibiarkan berkepanjangan maka bagian tubuh tersebut akan mengalami kerusakan yang serius.
Bagaimana Mengetahui Adanya Tekanan Darah Tinggi?
Karena tekanan darah tinggi seringkali tidak memberi tanda peringatan kepada kita, maka dianjurkan supaya anda memeriksa tekanan darah anda secara teratur sedikitnya 2 sampai 5 kali setahun, dan memeriksakannya secara rutin ke dokter. Jika kita pernah mengidap tekanan darah tinggi, dan kini masih tinggi, sebaiknya pemeriksaan tekanan darah lebih sering dilakukan.
Bagaimana Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Satu hal yang terpenting adalah pemeriksaan yang teratur. Patut diketahui bahwa semakin ringan persoalannya, semakin mudah pula untuk menormalkan kembali tekanan darah sebelum menimbulkan masalah lain pada tubuh kita.
Mengontrol Tekanan Darah Tinggi
Kebanyakan orang memerlukan obat untuk mengontrol tekanan darah tinggi, tetapi yang lain-lain dapat menurunkan tekanan darah atau mengurangi penggunaan obat dengan mengatur cara hidupnya. Dokter mungkin menyarankan kepada kita untuk mengikuti cara hidup seperti dibawah ini, walaupun anda sudah menggunakan obat.
Diet Yang Sehat
Diet yang sehat sangat penting dalam usah mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi resiko penyakit jantung. Tidak ada peraturan yang terlalu ketat atau obat ajaib. Makanan yang sehat dimulai dan diakhiri dengan keseimbangan dan keragaman. Ini termasuk makanan dengan kadar garam rendah dan minuman alkohol yang sewajarnya ini adalah termasuk cara diet yang sehat.
Kontrol Berat Badan Anda
Mengontrol berat badan anda adalah langkah penting untuk mengurangi resiko terkena darah tinggi. Berat badan yang berlebihan membebani kerja jantung. Jika anda sudah mengidap tekanan darah tinggi, menurunkan berat badan dapat mengontrolnya-bahkan kadang-kadang perawatan dengan obat tidak diperlukan.
Cara terbaik untuk mengontrol berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak dan melakukan olah raga secara teratur. Dapatkan buku resep makanan sehat untuk mengatur diet anda dan keluarga. Di bawah ini ada petunjuk mengenai berat badan yang sesuai dengan tinggi badan.
Garam
Banyak orang makan garam melebihi apa yang dibutuhkan tubuhnya. Garam umumnya terdapat pada makanan yang diproses atau diawetkan. Garam yang berlebihan mempengaruhi tekanan darah. Jika anda mengidap tekanan darah tinggi, jumlah garam yang anda makan dapat mengganggu usaha pengontrolan tekanan darah anda.
Makanlah makanan segar yang tidak mengandung garam atau kurangi makanan yang diawetkan dengan garam.
Alkohol
Minuman yang mengandung alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Jika anda minum tiga gelas atau lebih minuman keras sehari, tekanan darah anda mungkin akan meningkat dan menjadi tekanan darah tinggi. Alkohol dapat mengurangi daya guna obat tekanan darah tinggi yang anda makan. Dianjurkan untuk minum kurang dari dua gelas sehari.
Kegiatan Fisik
Mengidap tekanand arah tinggi bukan berarti anda tak berdaya dalam segala hal. Sebaliknya olah raga harus dijadikan bagian dari kegiatan hidup anda sehari-hari. Tidak perlu olah raga yang berat, cukup dengan jalan, berenang, bersepeda, tenis, golf dan jenis permainan lainnya. Hindari olah raga berat dan menegangkan, seperti bina raga dan angkat berat (angkat besi), yang sebenarnya bahkan dapat meningkatkan tekanan darah pada titik membahayakan, ketika anda melakukannya. Konsultasikanlah dengan dokter mengenai jenis olah raga yang cocok untuk anda.
Perawatan dengan Obat-obatan
Ada begitu banyak jenis obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah tinggi. Jika anda memerlukannya, dokter anda akan menyarankan penggunaannya sesuai kondisi anda, dimulai dengan dosis rendah dan dipantau hasilnya. Jika dianggap perlu akan ditambah dosisnya secara bertahap, sehingga tekanan darah anda dapat terkontrol. Jika dianggap perlu dokter akan menyarankan penggunaan lebih dari satu macam obat untuk mengurangi efek sampingan obat yang digunakan.
Sekali anda memulai menggunakan obat, kemungkinan besar anda akan terus menggunakannya selama hidup anda. Obat tekanan darah tinggi tidak menghilangkan penyakit tetapi mengontrolnya. Obat-obat itu tidak bertahan tinggal di dalam tubuh kita, lebih lama masa penggunaannya lebih baik obat itu bekerja. Anda harus selalu membawa obat dan cara penggunaannya bersama anda.
Efek Sampingan
Obat-obatan tekanand arah mungkin mengakibatkan efek sampingan, ini dapat dikurangi dengan menyesuaikan jenis obat dan dosisnya. Laporkan kepada dokter anda jika anda dapatkan efek sampingan disertai keluhan yang timbul. Manfaat dan keefektifan obat tekanan darah jauh melebihi problem yang timbul karena efek sampingan. Banyak penderita tidak mendapat efek sampingan dan dapat hidup secara normal dengan selalu bekerja sama dengan dokter yang merawatnya.
Tinggalkan Rokok
Dokter anda akan sangat menganjurkan supaya anda meninggalkan rokok. Merokok bukan penyebab tekanan darah tinggi, tetapi dapat membuatnya berbahaya, yang mengarah kepada serangan jantung, stroke, gangrene (pembusukan) kaki dan kerusakan lain-lain. Sekali anda berhenti merokok risiko yang ditimbulkan dapat dihindari secara cepat.
Tolonglah Diri Anda Sendiri
Dengan menemui dokter, dokter akan menyarankan anda memeriksa tekanan darah secara teratur, mungkin per minggu atau beberapa kali sebulan. Penting untuk menemui dokter anda, karena tekanan darah dan penggunaan obat selalu dipantau. Dokter mungkin menyarankan anda memantau tekanan darah anda di rumah dengan alat pengukur yang dapat anda beli di apotek.
Makan obat tekanan darah tinggi sesuai petunjuk yang diberikan. Jika anda merasa obat yang diberikan tidak cocok untuk anda, katakan kepada dokter apa yang anda rasakan. Pengobatan terhadap anda dapat diatur sehingga efek sampingan dapat diminimalkan.
Turuti saran medis mengenai diet, olah raga dan merokok. Usahakan dengan tekat yang kuat untuk menurunkan berat badan, mengganti cara makan - ke diet yang sehat, dan olah raga dengan teratur.
Meskipun ini merupakan "Team Effort", tetapi anda dapat melakukannya melebihi siapapun untuk mengontrol tekanan darah tinggi anda. Usahakanlah!

PERTANYAAN-PERTANYAAN UMUM MENGENAI HIPERTENSI (Tekanan Darah Tinggi)
T : Di mana sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah?
J : Sebaiknya pemeriksaan tekanan darah dilakukan di:
1. Dokter, pada saat pemeriksaan rutin
2. Puskesmas atau klinik
3. Rumah Sakit
Hasil pengukuran akan dianalisa berdasarkan usia anda, faktor keturunan, dan faktor-faktor lainnya, misalnya merokok dan kolesterol dalam darah. Kemungkinan anda dianjurkan untuk menemui dokter specialis atau klinik khusus.
T : Mengapa pengukuran tekanan darah dalam satu kunjungan dilakukan berulang-kali?
J : Pengukuran perlu dilakukan berkali-kali karena tekanan darah bervariasi dari waktu ke waktu, terpengaruh oleh posisi tubuh, pernapasan, emosi, atau olahraga. Dokter melakukan pengukuran berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang tepat. Berusahalah untuk tidak tegang (relaks) pada saat diukur. Jika anda sedang cemas atau tegang tekanan darah dapat meningkat dan memberikan hasil pengukuran yang salah.
T : Berapa sering pengukuran tekanan darah perlu dilakukan?
J : Jika tekanan darah anda normal dan anda bukan pewaris tekanan darah tinggi, dianjurkan untuk memeriksakannya 2 sampai 5 tahun sekali, atau pada saat kunjungan rutin anda ke dokter. Jika keadaan anda adalah di 'perbatasan' dan pewaris tekanan darah tinggi, sebaiknya pengukuran dilakukan setiap 3 sampai 12 bulan sekali. Jika tekanan darah anda swaktu-waktu meninggi, penting sekali untuk melakukan pengukuran elbih sering dan teratur, terutama jika dokter anda telah menentukan dilakukan pengobatan. Dokter anda mungkin perlu memeriksa anda setiap 2 minggu, sehingga tekanan darah anada dapat dikontrol, kemudian setiap bulan sampai 3 bulan jika sudah stabil.
T : Dapatkah saya sendiri menyatakan bahwa saya mengidap tekanan darah tinggi?
J : Tidak, kecuali jika anda telah mengukurnya beberapa kali secara teratur. Dampak serius dari tekanan darah biasanya berkembang setelah beberapa tahun - karena tidak tanda-tanda peringatan yang dirasakan. Secara umum, semakin ringan problem tekanan darah, semakin mudah mengembalikannya ke keadaan normal. Pemeriksaan teratur memungkinkan penemuan dini adanya kelainan pada tekanan darah sebelum meningkat samapi pada tahap merusak yang serius.
T : Dapatkah tekanan darah tinggi diatasi tanpa obat?
J : Dua dari lima penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) ringan dapat menurunkan tekanan darah mereka dengan mengurangi berat badan, mengurangi makan garam dan alkohol, dan olah raga, ini dinamakan metode "tanpa obat" ("non-pharmacological"). Jika anda ingin menggunakan cara ini, anda masih memerlukan bantuan dokter yang memantau setiap perkembangannya. Banyak penderita memerlukan obat untuk menurunkan dan mengotrol tekanand arahnya, sehingga aman dan stabil. Dokter anda pasti akan berusaha sedapatnya menentukan pemakaian obat yang sesuai atau kombinasi obat untuk anda. Meskipun anda harus menggunakan obat, mengubah cara hidup anda seperti yang telah disarankan memungkinkan pengurangan dari dosis obat yang anda gunakan.
T : Berapa lama obat (tablet) harus digunakan?
J : Sangat disayangkan, obat-obat itu tidak menyembuhkan tekanan darah tinggi, tetapi hanya
mengontrol. Kebanyakan penderita harus terus menerus menggunakan obat seumur hidupnya. Obat-obat tidak akan tinggal di dalam tubuh tetapi semakin lama digunakan akan semakin baik.
T : Apa yang harus dilakukan terhadap efek sampingan?
J : Pengobatan terhadap efek sampingan ini berbeda-beda setiap orang, adakalanya hal ini tidak dapat dihindari. Jika kita merasa ada yang kurang menyenangkan, dokter anada akan merubah dosis atau menggantikannya dengan obat lain. Anda perlu mengatakan kepada dokter anda jika terasa anda efek sampingan, terutama pada tahap permulaan pada pengobatan, sehingga menemukan pengobatan yang paling seuai bagi anda. Jika anda merasa ada efek sampingan yang sangat menggangu, hentikan penggunaan obatnya dan segera hubungi dokter anda.


From: "yohanes santosa"
Date: Tue, 9 Jan 2001 19:11:25

Mengendalikan hipertensi
Banyak penderita hipertensi tidak dibekali pengetahuan cukup untuk dapat mengerti dan memakai obat darah tinggi dengan baik. Pertanyaan penderita sering membuktikan hal ini. Misalnya, apakah obat anti-hipertensi (AH) perlu dimakan seumur hidup? Apakah aman bila dimakan terus menerus? Efek sampingan apa yang akan dirasakan?
Pertama perlu disadari bahwa tekanan darah (TD) tinggi tidak selalu dapat dirasakan penderita, walaupun tensinya bisa lebih dari 200 sistolik. Hanya sekitar 20% penderita yang dapat "merasakan" TD-nya meninggi. Fakta kedua, bila TD tinggi dapat diturunkan, maka komplikasi seperti infark jantung (yang kemungkinan berbuntut kematian) dan stroke dapat dikurangkan sekitar 20 - 30%. Selain itu menurunkan TD tinggi dapat menghindarkan kita dari berbagai macam komplikasi terhadap organ, seperti mata dan ginjal.
Dewasa ini tersedia banyak jenis obat hipertensi, yang dapat digolongkan dalam berbagai kelas berdasarkan cara kerjanya. Untuk setiap kelas juga tersedia beberapa obat sejenis (me-too drugs) dengan sifat-sifat sama namun juga dapat berbeda satu sama lain.
Terdapat lima kelompok utama obat AH, yaitu thiazide, beta-blocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker, dan alfa-blocker. Pada 50% dari kasus-kasus ringan dan sedang, salah satu dari kelima jenis obat ini saja biasanya sudah dapat mengontrol. Namun, kasus selebihnya memerlukan pengobatan kombinasi, memakai obat lebih dari satu. Strategi dasarnya, memilih dosis kecil yang efektif untuk menghindari efek sampingan. Hal ini penting karena obat AH, seperti semua obat lain, dapat menimbulkan efek sampingan. Karena sebagian besar hipertensi tidak dapat disembuhkan total, obat harus diberi seumur hidup. Penghentian selama beberapa hari saja akan menaikkan kembali TD.
Bila satu dari lima golongan obat di atas belum berhasil mengontrol dengan baik, maka diperlukan penggantian obat. Ini karena respons tubuh terhadap obat lain dapat berbeda dan siapa tahu, lebih menguntungkan. Setiap golongan obat AH mempunyai manfaat khas terhadap jenis hipertensi yang diderita, sehingga bila satu tidak mempan, yang lain dapat berguna. Misalnya, untuk orang yang suka makan garam (tidak bisa dilarang) dan agak tua, thiazide dosis kecil merupakan pilihan tunggal efektif. Bila hipertensi disertai penyakit jantung koroner maka calcium channel blocker merupakan pilihan terbaik. Bila hipertensi disertai frekuensi denyut jantung cepat, tapi tidak ada penyakit asma, beta-blocker sebaiknya dipilih. Namun dokterlah yang dapat menentukan pilihan ini.
Bila hal di atas belum juga dapat mengontrol TD, maka perlu dilakukan penambahan obat lain sebagai kombinasi. Soalnya, penambahan ini akan lebih bermanfaat daripada meninggikan dosis obat pertama. Hanya saja sebelum melakukannya kita perlu menunggu 2 - 4 minggu untuk melihat apakah obat pertama sudah bekerja optimal. Tidak heran, pengobatan hipertensi yang bandel dapat memerlukan kombinasi 2 - 3 jenis obat AH.
Sampai berapa jauh TD perlu diturunkan? Seseorang dapat dianggap mempunyai TD tinggi bila TD-nya lebih dari 140/90, tidak tergantung usianya. Pengukuran TD harus dilakukan dalam sikap duduk dan setelah istirahat selama 5 - 10 menit. Alat pengukur TD elektronik dapat digunakan, namun perlu dibandingkan dahulu dengan sfigmomanometer air raksa. Pengobatan perlu menurunkan TD secara pelahan hingga di bawah kriteria di atas, atau bila sebelumnya tinggi sekali, paling tidak mendekati 140/90. TD tak boleh diturunkan secara drastis, misalnya dari 250 sistolik ke 120, karena dapat menimbulkan stroke.
Perubahan gaya hidup banyak mempengaruhi proses penurunan TD. Makan terlalu banyak sehingga menimbulkan kegemukan dapat bermuara pada hipertensi. Hidup dengan gaya sibuk pun ikut mempengaruhi TD. Belum lagi kebiasaan merokok, yang juga salah satu pemicu hipertensi.
Efek sampingan yang dirasakan tentu perlu dikomunikasikan ke dokter. Setiap golongan obat AH memiliki profil efek sampingan berbeda. Pusing, berdebar, kaki bengkak, alergi, hidung tersumbat, kencing banyak, ngantuk, dan kadang-kadang batuk yang "ngikil" (ACE-inhibitor) dapat merupakan efek sampingan obat hipertensi. Karena itu, penggunaan obat anti-hipertensi sebaiknya tidak dilakukan atas inisiatif sendiri, melainkan perlu dibahas dengan dokter untuk informasi serta diskusi yang bermanfaat.

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF )




KONSEP DASAR

Pengertian
Ada Beberapa pengertian, diantaranya adalah ;
  1. Dengue haemorrhagic fever ( DHF ) adalah sutu penyakit jerman bart yang sering mematikan disebabkan oleh virus, ditandai peningkatan permeabilitas kapiler, dan kelainan hemostasis ( Nelson, 2000 ).
  2. Dengue haemorrhagik fever ( DHF ) adlah penyakit febris virus akut, sring kali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang ataupun sendi, otot, ruam dan leucopenia ( Monika Ester ,1998 ).
  3. Dengue haemorrhagik fever ( DHF ) adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aedes ( St. Karolus, 1997 ).
  4. Dengue haemorrhagik fever ( DHF ) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( Arthopodborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes ( aedes albopictus dan Aedes aegypti ) ( Ngastiyah, 1997 ).

Kesimpulan
Dengue haemorrhagik fever ( DHF ) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh arbovirus dan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ditandai dengan adanya peningkatan permeabilitas kapiler, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, ruam dan leucopenia.


Etiologi
Arbovirus ( Arthopodborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes aegypti ) (Ngastiyah< 1997 ).


Proses penyakit
Masuknya arbovirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menyebabkan tubuh membentuk anti spesifik dalam darah akan dilepaskan dan terbentuklah antigen antibody yang menempel pada dinding pembuluh darah akan mengeluarkan zat mediator peradangan seperti bradikinin dan histamine serta adanya respon peradangan yang dapat meningkatan suhu tubuh ( Hipertarmi ) pada system komplemen akan melepaskan anafilaktosin yang dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang akan menyebabkan kebocoran plasma dan aliran darah ke vaskuler menjadi menurun dan kejaringan juga menurun, jika kejaringan otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, jika aliran kevaskuler menurun dan banyak cairan diekstavskuler dan menumpuk dirongga pleura akan menyebabkan epusi pleura.
Jika kelompok antigen antibody menempel pada pembuluh darah dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan terputusnya kontinuitas jaringan pembuluh darah yang dapat menyebabkan aliran darah menurun dimana oksigen yang dibawa oleh darah menurun, mengakibatkan metabolisme anaerob dan timbul gejala lemah. Agresi trombosit dapat memusnahkan system retikulo endotel ( RES ) akan menyebabkan spenomegali akan timbul gejala mual, muntah dan trombositopenia dapat meningkatkan trombosit tidak mampu lagi menyumbat kapiler karena kerja dari trombosit sebagai pembekuan darah terganggu dan darah yang keluyar dari kapiler menumpuk dibawah kulit dan terdapat ptekie ( Ilmu Kesehatan anak jilid 2, Jakarta, FKUI ).


Manifestasi klinis
  • Demam yang terus menerus selama 1-5 hari
  • Lemah
  • Nafsu makan berkurang
  • Mual muntah
  • Nyeri pada kedua sampai ketiga demam muncul bentuk perdarahan seperti perdarahan dibawah kulit ( petekie ) perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan hebat sampai muntah darah akibat perdarahan lambung, melena dan hematuri.
Menurut WHO pada tahun 1986, DHF klasifikasikan berdasarkan beratnya derajat penyakit, secara klinis dibagi menjadi :
  1. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdaraahan sepontan
  2. Derajat II : derajat I dan disertai sepontan pada kulit atau ditempat lain.
  3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekana darah rendah ( hipotensi ),gelisah,sianosis sekitar mulut,hidung dan ujung jari ( tanda-tanda dini rajatan )
  4. Derajat IV : komplikasi mulas

Komplikasi
  • perdarahan luas, seperti Heppatomegali.
  • Syok
  • Pleural effusion
  • Penurunan Kesadaran

Penatalaksanaan medis

Test diagnosa
Pemeriksaan labolatorium darah
IgG dengue: positif, Trombosit : menurun ( trombositomenia ); Hematokrit meningkat : lebih dari 20 %, merupakan indicator akan timbilnya rejatan ; Hemogolobin meningkat : lebih dari 20 % lekosit’ menurun ( lekopenia )

Pemeriksaan urine
albuminuria

Foto torak
pleura effusion

Terapi
  1. Pemberian antipiretik seperti paracetamol untuk mengatasi demam.
  2. Pemberian cairan intra pena ( biasanya ringer laktat, NsCL ) dalam keadaan syok berat diberikan cairan Ringer Laktat Secara cepat ( diguyur ) slama 30 menit.jika terjadi perdarahan, anjurkan untuk pemberian transfuse.
  3. Pemberian antibiotic bila terdapat tanda-tanda infeksi sekunder.
  4. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam
  5. Diet makanan lunak

Asuhan Keperawatan
Penkajian Keperawatan

Identitas klien
nama,umur,( pada DHF paling rinci sring menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun ), Jenis kelamin, Alamat,Pendidikan
keluhan utama
alasan/keluhan yang menomjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah

Riwayat penyakit Sekarang
didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai mengigil dan saat demam kesadaran kompos menthis. Turunya panas terjadi antara hari ke -3 dan ke-7.dan anak smakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk,pilek ,mual.muntah,anareksia,diare/konstipati,sakit keepala,nyeri otot dan persndian,nyeri uluhati dan p[ergerakan bola mata terasa pegal,serta adanya manipestasi pendarahan pada kulit, gusi, ( grade III, IV ) melena atau hemastemesis

riwayat penyakit yang pernah diderita
penyakit apasaja yang pernah diderita , pada DHF anak biasa mengalami serangan DHF dengan type Virus lain

riwayat imunisasi
apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan

Riwayat Gizi
setatus GiZi anak yang menderita DHF dapat berfariasi, semua anak yang bersetatus gizi baik maupun bunruk dapat berisiko, apabila terdapat paktor predisposisinya anak yang menderita DHF, sering menghalami keluhan mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat megalami penurunan berat badan sehingga setatus gizi nya menjadi kurang.

kondisi lingkungan
sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang mengenang dan gantungan baju dikamar )

Pola Kebiasaan
  1. Nutrisi dan metabolisme : frekuwensi , jenis,pantangan,nafsumakan berkurang ,nafsu makan menurun
  2. eliminasi alvi ( buang air besar ) kadang-kadang anak mengalami diare/kontifasi.sementara DHF pada grade III – IV sering terjadi melena.
  3. Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu dikaji apakah sering kencing,sedikit/tidak.pada DHF grade IV hematuri
  4. tidur dan istirahat, anak sering menegalami kurang tidur karena sering mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehinga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahat kurang
  5. kebersihan, Upaya keluarga untuk menjaga keberihan diri dan lindkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang yamuk aedes aegypti.
  6. perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan

Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultrasi, dan perkusi, dari ujung rambut sampai ujung kaki.berdasarkan tingkatan ( grade ) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
  1. Grade I : kesadaran kompasmenthis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
  2. Grade II : kesadaran kompasmenthis, keadaan umum lemah, ada perdarahan sepontan,petikie, perdarahan gusi, dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur
  3. Grade III : kesadaran apatis, samnollen, keadaan umum lemah,nadi lemah, kecil dan tidak teratur
  4. Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat dan kulit tanpak biru.

Sistem Integumen
  • Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat dingin dan lembab.
  • kuku sianosis / tidak
  • kepala dan leher. Kepela terasa nyeri, muka tanpak kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan ( epistaksis ) padsa grade II,III dan IV. Pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan telinga
  • Dada, bentuk simentris dan kadang-kadang terasa sesak, pada foto torax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi plaura ). Rares (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV
  • Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesran hati ( hepatomegali ) dan esites.
  • Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otoy, sendi serta tulang

Diagnosa Keperawatan
Dibawah ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien DHF , Hepatomegali dan spleenomegrafi.
  1. peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses ppenyakit.
  2. kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
  3. resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
  4. Gangguan pemenuhan nurtisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah, anoreksia
  5. Cemas berhubungan dengan danfak hospitalisasi
  6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, perawatan dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hipertemi teratasi
Criteria hasial : a. suhu tubuh normal ( 36-37 derajat )
kliien bebas dari demam
rencana Tindakan :
a. mengkaji timbulnya demam
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 6 jam
c. anjurkan pasien untuk banyak minum 1000 cc 24 jam ( sesuai kebutuhan )
d. berikan kompres dingin
e. anjurkan untuk tidak memakai selimut dan jaket teba
f. beriukan teravi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter ( obat antiperik )

Diagnosa Keperawatan II
Tujuan : setelah dilakuakan tindakan keperawatan masalah kekurangan volume cairan dapat diatasi
Criteria hasil : turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, intek dan output seimbang , nilai hematokrit dalam batas normal 9 34 %-45 % ) dan tanda-tanda vital TD: 11./ 70, Nadi: 80 kali permenit dan suhu 36 derajat celcius.
Rencana tindakan :
a. kaji keadaan umum pasiien
b. obserpasi tanda-tanda vital, adanya tanda-tanda kekurangan volume cairan seperti turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir lembab, intek output tidak seimbang
c. berikan cairan intra vena ( sesuai order dokter )
d. anjurkan klien untuk bnyak minum
e. monitor intek-output
f. monitor laboratorium darah terutama henmatokrit

Diagnosa keperawatan III
Tujuan : stelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pendarahan tidak terjadi.
Criteria Hasil :
a. TTv dalam batasan normal
b. monitor jumlah trombosit setiap hari
c. gunakan sikat gigi berbulu halus saat mengosok gigi
d. lakukan pemeriksaan labolatorium darah Hb,Ht,trombosit dan gunakan jarum suntik ukuran kecil saat mengambil darah

Diagnosa Keperawatan IV
tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kebutuhan nutrisi terpenuhi
criteria hasil : klien menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan , BB meningkat
rencana tindakan :
a. kaji keluhan mual, muntah yang dialami pasien
b. beri makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
c. catat jumlah porsi makan yang dihabisakan oleh pasien setiap hari
d. berikan nutrisi parentral jumlah asupan peroral tidak ada
e. berikan obat-obatan antasida ( anti ematik )
f. timbang berat badan setiap hari

Diagnosa keperawatan V
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kurang pengetahuan keluarga teratasi
Kretria hasil : keluarga mampu menyebutkan tentang DHF dan pencegahannya
Rencana tindakan :
a. kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga tentang penyakit DHF
b. kaji latar belakang pendidikan pasin / keluarga
c. jelaskan tentang perawatan dan pencegahan pada klien DHF


DAFTAR PUSTAKA
Cristin Effendi, Skp. (1995) Perawatan pasien DHF Buku Satu Jakarta EGC
Doengoes, Marilynn. E.E (1999) Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi III. Jakarta : EGC.
Nelson . (2000) Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 Jakarta : EGC.
Ngastiah. (2005) Perawatan Anak Sakit .Jakarta: EGC.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1997) Ilmu Kesehatan Anak. Jilit 2 Jakarta : FKUI
Panitia S.A.K St, Carolus (1997) Setandar Asuhan Keperawatan Demam Berdarah dengue (DBD) : Jakarta St.carolus.
Woni Dona. ( 2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.


Cread Editing By ;

P.S.S.Deputurio, A.M.Kep

DIABETES MELLITUS

Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Diabetes mellitus gestasional (GDM)

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
• Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
• Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
• Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
• Diet
• Latihan
• Pemantauan
• Terapi (jika diperlukan)
• Pendidikan Kesehatan

Etiologi
Diabetes tipe I:
Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Obesitas

Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
  1. Katarak
  2. Glaukoma
  3. Retinopati
  4. Gatal seluruh badan
  5. Pruritus Vulvae
  6. Infeksi bakteri kulit
  7. Infeksi jamur di kulit
  8. Dermatopati
  9. Neuropati perifer
  10. Neuropati viseral
  11. Amiotropi
  12. Ulkus Neurotropik
  13. Penyakit ginjal
  14. Penyakit pembuluh darah perifer
  15. Penyakit koroner
  16. Penyakit pembuluh darah otak
HipertensiOsmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah puasa
Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena. Bukan DM ; <>200
- Darah kapiler. Bukan DM ; <80.>200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena. Bukan DM ; <110.>126
- Darah kapiler. Bukan DM ; <90.>110


Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
Diet
Latihan
Pemantauan
Terapi (jika diperlukan)
Pendidikan

Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Masalah Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury


Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
§ Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§ Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§ Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§ Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§ Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§ Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§ Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§ Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§ Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
§ Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§ Kolaborasi dengan ahli diet.


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
§ Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§ Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§ Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§ Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§ Pantau masukan dan pengeluaran
§ Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§ Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§ Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§ Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi


Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
Hindarkan lantai yang licin.
Gunakan bed yang rendah.
Orientasikan klien dengan ruangan.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi




DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002

Cread Editing By ;

P.S.S.Deputurio, A.M.Kep

Jumat, 10 Juli 2009

Asuhan keperawatan pada Pasien LEUKIMIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA


A. PENGERTIAN
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.

C. JENIS LEUKEMIA
1. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.



D. PATHWAY

E. TANDA DAN GEJALA
1. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
2. Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.
3. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan haluaran urin.
4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang, ansietas.
5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan disfagia
6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah
8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan bunyi nafas
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan

G. PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi kranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.



H. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
2. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot)
3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
6. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negatif
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.
c. Awsi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi, perubahan mental samar.
d. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres
e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
f. Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi sekresi terhadap perubahan karakteristik, contoh peningktatan sputum atau sputum kental, urine bau busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.
g. Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Besihkan kulit dengan larutan antibakterial.
h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus.
i. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk menggunakan betadine atau Hibiclens bila diindiksikan.
j. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
k. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
l. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.
m. Kolaborasi :
 Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap, apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas.
Kaji ulang seri foto dada.
Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.
Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.
Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak, diproses
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan : mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Volume cairan adekuat
b. Mukosa lembab
c. Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/mnt
d. Nadi teraba
e. Haluaran urin 30 ml/jam
f. Kapileri refill < 2 detik
Intervensi :
a. Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan cairan dan keseimbangna cairan. Perhatikan penurunan urin, ukur berat jenis dan pH urin.
b. Timbang berat badan tiap hari
c. Awasi TD dan frekuensi jantung
d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran mukosa.
e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari
f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis; perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feses dan urin; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invsif.
g. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan/perdarahan.
h. Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila diindikasikan
i. Berikan diet halus.
j. Kolaborasi :
Berikan cairan IV sesuai indikasi
Awasi pemeriksaan laboratorium : trombosit, Hb/Ht, pembekuan.
Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan.
Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal (kateter arteri subklavikula, tunneld, port implan)
Berikan obat sesuai indikasi : Ondansetron, allopurinol, kalium asetat atau asetat, natrium biukarbonat, pelunak feses.

3. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
c. Tampak rileks dan mampu istirahat

Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan skala 0-10)
b. Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal misal tegangan otot, gelisah.
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres.
d. Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan bantal.
e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut.
f. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres dingin dan dukungan psikologis)
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
i. Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri contoh latihan relaksasi/nafas dalam, sentuhan.
j. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
k. Kolaborasi :
Awasi kadar asam urat
Berika obat sesuai indikasi : analgesik (asetaminofen), narkotik (kodein, meperidin, morfin, hidromorfon)
Agen antiansietas (diazepam, lorazepam)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan laju metabolik
Tujuan : pasien mampu mentoleransi aktivitas
Kriteria hasil :
a. Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
b. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
c. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi, pernafasan dan TD dalam batas normal


Intervensi :
d. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa ganggaun
e. Implementasikan teknik penghematan energi, contoh lebih baik duduk daripada berdiri, pengunaan kursi untuk madi
f. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi
g. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan

5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan : pasien bebas dari gejala perdarahan
Kriteria hasil :
a. TD 90/60mmHg
b. Nadi 100 x/mnt
c. Ekskresi dan sekresi negtif terhadap darah
d. Ht 40-54% (laki-laki), 37-47% ( permpuan)
e. Hb 14-18 gr%
Intervensi :
f. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko terjadi perdarahan. Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan
g. Minta pasien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan darah dari gusi
h. Inspeksi kulit, mulut, hidung urin, feses, muntahan dan tempat tusukan IV terhadap perdarahan
i. Pantau TV interval sering dan waspadai tanda perdarahan.
j. Gunakan jarum ukuran kecil
k. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan berikan kompres dingin dan tekan perlahan.
l. Beri bantalan tempat tidur untuk cegh trauma
m. Anjurkan pada pasien untuk menggunakan sikat gigi halus atau pencukur listrik.
6. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran darah sekunder adanya destruksi SDM
Tujuan : perfusi adekuat
Kriteria hasil :
a. Masukan dan haluaran seimbang
b. Haluaran urin 30 ml/jam
c. Kapileri refill < 2 detik
d. Tanda vital stabil
e. Nadi perifer kuat terpalpasi
f. Kulit hangat dan tidak ada sianosis
Intervensi :
a. Awasi tanda vital
b. Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, kelambatan pengisian kapiler
c. Catat perubahan tingkat kesadaran
d. Pertahankan masukan cairan adekuat
e. Evaluasi terjadinya edema
f. Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium ; GDA, AST/ALT, CPK, BUN
Elektrolit serum, berikan pengganti sesuai indikasi
Berikan cairan hipoosmolar



DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
2. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
3. Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC; 1999
4. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
5. Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001

Cread Editing By ;

P.S.S.Deputurio, A.M.Kep